CEO untuk Keluarga

Marissa Paramitha

Bulan ini aku mendapat amanah dari tim Ibu Punya Mimpi untuk merancang enrichment class para Ibu Volunteer. Pilihan kelas yang diberikan pertama adalah tentang Leadership atau Impact Creation. Tapi dalam proses merancang kelas untuk orang lain, justru saya dihadapkan pada pertanyaan yang sangat personal. Setelah menjadi “Ibu” kembali, kelas seperti apa yang aku butuhkan agar bisa kembali mengambil alih kendali diri atas hidup saya sendiri?. 

Mundur Sejenak dari Panggung

Dua tahun lalu, saat menjalani kehamilan anak keduaku di usia 38 tahun, aku menghadapi kenyataan bahwa tubuhku tidak lagi serupa saat mengandung anak pertama. Tinggal jauh di perantauan dan dalam waktu yang sama mengemban tanggung jawab sebagai CEO Ibu Punya Mimpi, menjadi tantangan besar secara fisik maupun mental. 

Sebagai pribadi yang terbiasa aktif dari surfing hingga rock climbing, kehamilan ini terasa berat dan memaksaku untuk ambil jeda. Setiap hari pasti mual dan terlalu lelah untuk berjalan. Di titik inilah mental saya diuji dan anxiety kembali datang lagi. Bahkan membaca buku saja sulitnya setengah mati, karena kepala selalu pusing dan mual.

Setelah melahirkan anak keduaku, lagi-lagi penyesuaian menjadi Ibu di perantauan juga menjadi tantangan baru. Jauh dari keluarga dan harus membangun support system dari nol. Apalagi untuk kembali berdaya sebagai wanita terasa mimpi yang jauh.

Mata Pisau  “Perempuan Berdaya”

Di era media sosial yang terlalu mudah untuk diakses, banyak rasa iri muncul karena campaignGirl Boss” atau Perempuan Berdaya setelah punya anak berseliweran dimana-mana. Termasuk di Ibu Punya Mimpi. Disini aku rasanya memiliki 2 mata pisau, yang bisa menginspirasi atau bisa melukai. Tidak bisa dipungkiri dari sisi hormon dan biologis belum bisa 100% kembali ke dunia kerja. 

Refleksi dan Pemulihan Kepemimpinan Diri

Lalu apa hubungannya dengan Enrichment Class?

Disaat Ketika aku diminta merancang Enrichment Class oleh tim Ibu Punya Mimpi, aku banyak melihat ke diri sendiri lagi. Banyak bahan perbincangan dengan diri yang akhirnya aku lakukan. Lalu muncul satu pertanyaan besar pada diriku sendiri; Kapan aku akan kembali mengambil kendali?

Untuk mengambil kendali, setiap orang memiliki caranya masing-masing. Dari journaling mencari duduk permasalahan, berkonsultasi dengan mentor atau pergi ke psikolog, atau banyak membaca buku tentang pengembangan diri. Tapi bagiku, cara yang termudah yang bisa aku lakukan adalah menjadi CEO untuk diri sendiri. Karena itu yang terdekat dan termudah untukku. 

Aku memulai dengan menyusun visi, misi, dan value untuk diri sendiri dan keluarga, membangun organisational chart dalam keluarga (topi apa saja yang bisa aku pakai dan apa yang bisa didelegasikan). Aku membuat Standard Operational Procedure  (SOP) sederhana dalam keseharian rumah tangga, dan yang terpenting; Risk Assessment - mengenali sinyal, kapan aku mulai burn out

Playground Bernama Ibu Punya Mimpi

Dalam proses ini, aku kembali menyadari bahwa Ibu Punya Mimpi bukan hanya tempat saya berkarya. Ia juga menjadi ruang bermain (playground)  bagi para Ibu selama 5 tahun. Sebuah playground aku untuk kembali menjadi diriku sendiri. 

Termasuk majalah Ibu Punya Mimpi. Harapannya media ini bukan hanya menjadi ruang ekspresi dan informasi, tetapi juga menjadi tempat “bermain”  dan menginspirasi banyak Ibu lainnya. 

 

#SuratdariIbu #Pengantar_Redaksi #Edisi_1 #Mendobrak_Batas