
Setelah menjadi ibu, aku sempat merasa kehilangan arah. Saat anak memasuki fase aktif, rasanya semua energi, waktu dan perhatian hanya terfokuskan untuk keluarga. Aku sangat bersyukur bisa mendampingi masa tumbuh kembangnya, namun dalam hati kecilku terdengar suara lirih yang berkata:
“Aku ingin punya ruang untuk diriku sendiri.”
“Aku ingin kembali produktif, ingin berkarya lagi, tapi aku harus mulai dari mana? Semuanya terasa asing”.
Dari keresahan inilah, aku mulai mencari kegiatan yang bisa dilakukan dari rumah. Inginnya kegiatan yang fleksibel agar bisa tetap mendampingi anak. Akhirnya, aku menemukan Kelas Content Creator bersama Ibu Punya Mimpi yang sekarang menjadi salah satu titik balikku untuk kembali berdaya.
Jujur, awalnya aku sempat ragu untuk bergabung.
“Gimana kalau materinya ribet?”
“Gimana kalau mentornya kaku dan jadwalnya tidak fleksibel?
(tahu sendiri kan Bu, waktu yang kita punya sekarang harus disesuaikan juga dengan jadwal anak).
Banyak pertanyaan yang aku lontarkan saat itu, seperti bagaimana alur kelasnya, jadwal pembelajaran, tugas dan sebagainya. Semua lahir dari ketakutanku yang belum percaya diri.
“Tapi semua ketakutan itu hilang begitu kelasnya dimulai. Suasana kelasnya sangat hangat, apalagi buat seorang ibu yang sudah lama tidak belajar lagi seperti diriku. Tidak ada tekanan. Tidak ada standar muluk-muluk”.
Salah satu hal yang membuatku merasa nyaman adalah aku ‘tidak merasa tertinggal’ meskipun baru mulai dari nol. Semua dijelaskan perlahan, penuh pengertian..
Teman-teman di kelas juga sangat suportif, rasanya seperti memiliki “geng” baru yang seperjuangan, sama-sama ingin bertumbuh, tanpa harus melepaskan peran sebagai Ibu.
Ibu komitenya?? Gak usah diragukan, semua ibu komitenya super baik, sangat mengayomi dan mau direpotkan dengan berbagai pertanyaan yang belum aku pahami.
Materi pertama yang membuatku terharu bahkan sampai menangis sesenggukan.
Aku pikir materi pertama yang diberikan bakal langsung mengajarkan tentang teknis membuat konten atau mempelajari algoritma media sosial. Ternyata tebakanku salah. Materi pertama justru mengajak kami berkenalan lagi dengan diri sendiri.
Kapan terakhir kali kita bertanya sama diri sendiri:
“Aku ini siapa? Apa yang benar-benar aku inginkan?”
Materi ini sederhana tetapi dalam maknanya, seolah menamparku lembut. Sejak menjadi Ibu, aku seperti lupa siapa ‘aku’ di luar status sebagai istri dan ibu.
Melalui materi ini, aku mulai mengingat kembali hal-hal kecil yang membuatku bahagia. Hobi, mimpi, serta potensi diri yang selama ini aku kubur karena merasa bukan lagi menjadi prioritas.
“Dengan mengenal diri lagi, membuatku menjadi lebih percaya diri untuk kembali melangkah”.
Dua materi inti yang membuatku bersemangat saat kelas berlangsung adalah personal branding dan storytelling.
Dulu aku berpikir, branding itu hanya untuk produk besar atau perusahaan. Ternyata sebagai content creator, branding diri itu sangat penting.
Branding diri bukan tentang pencitraan palsu, tetapi tentang membangun identitas yang otentik. Kita harus tahu dulu : Ingin dikenal sebagai siapa? Apa nilai yang mau kita bagikan? Dan bagaimana caranya?
Ketika kita paham siapa diri kita dan apa yang ingin kita suarakan, orang lain jadi lebih mudah mengenali dan mengingat kita.
Storytelling juga tidak kalah penting. Karena konten yang ‘ngena’ itu bukan hanya yang informatif tetapi juga memiliki cerita. Dan cerita inilah yang membuat orang merasa terhubung.
“Topik yang berat jika dibalut dengan kisah pribadi, biasanya lebih mudah dimengerti dan menyentuh hati audiens”.
Setelah mengikuti kelas ini, aku merasa lebih terarah. Bukan berarti aku langsung jago bikin konten atau viral, perjalananku masih panjang. Tapi kini aku sudah berani melangkah dengan sadar, bukan hanya ikutan trend yang ada.
Yang paling berharga dari kelas ini bukan hanya ilmunya, tetapi juga rasa percaya diri yang tumbuh kembali. Aku merasa punya ruang untuk berkembang tanpa harus meninggalkan peranku sebagai seorang ibu. Dan bagiku itu adalah hal yang luar biasa.
Jika saat ini Ibu merasa ‘stuck’ atau merasa kehilangan arah setelah menjadi ibu, aku ingin bilang “Bu, kamu tidak sendiri”.
Ibu tidak perlu langsung memiliki jawaban besar atas keresahan itu. Cukup ambil satu langkah kecil saja, seperti aku yang memulai bergabung di kelas Content Creator bersama Ibu Punya Mimpi.
Karena menjadi Ibu bukan akhir dari segalanya. Justru bisa menjadi sebuah titik awal dari versi kita yang lebih berdaya.
Langkah kecil kita hari ini, bisa jadi perubahan besar esok hari. Siap melangkah bersama kah Bu?
Salam hangat dari aku, Rika Anggun.
Rika Anggun adalah Ibu dari seorang anak laki-laki sekaligus content creator. Ia percaya menjadi Ibu bukanlah batas, tapi pijakan untuk terus berkarya dan bertumbuh. Baginya, Ibu yang bahagia adalah pondasi bagi keluarga yang penuh cinta.
#BelajarBareng #Edisi_2 #Mendobrak_Batas
Credit ilustrasi oleh Shanty Manurung